DHADigital.com Apa yang saya maksud dengan kata "Dark" ? kata ini untuk menggambarkan bahwa kebanyakan digital agency di Indonesia, ketika sudah mendapatkan kontrak sebuah project ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan klien atau brand yang menggunakan agency tersebut. Seperti proyek mengelola konten sosial media atau digital marketing (Ads, SEO, dsb)
Dengan saya gambarkan jika ada 10 agency, maka hanya 3 yang bisa menghasilkan sesuai harapan klien, 7 sisanya dari banyak pengalaman hasilnya mengecewakan.
Pernyataan ini bukan dari saya saja, juga sempat beredar di sebuah podcast Youtube. Memang fakta di lapangan itulah yang terjadi. Bahkan saya sendiri beberapa kali melihat langsung kenyataan itu. Sebelum saya melanjutkan, ini beberapa fakta yang saya sendiri tahu dari klien.
Pengalaman Dapat Agency yang Mengecewakan
Bulan Oktober 2023 sampai Maret 2024 saya membantu pendampingan Digital Marketing salah satu perusahaan di Malang. Saat itu memang ownernya sedang gencar untuk menjalankan marketing sebuah proyek aplikasi, baik secara online maupun offline.
Di bulan kedua, entah dapat darimana, owner mengabarkan sudah teken kontrak dengan sebuah agency konten sosial media dari Jogja. Kata beliau akan support konten sosial media kita. Biaya setiap bulan 4 juta rupiah dengan kontrak di awal langsung 3 bulan.
Owner merasa optimis karena merasa akan ada amunisi baru untuk sosial media, dan kami pun senang karena merasa bakal ada peningkatan.
Saat mulai pengerjaan, jika saya menilai secara struktur kerja, perencanaan dan laporan sangat rapi, tatapi produksi konten yang dihasilkan sangat mengecewakan.
Selang sebulan kemudian kami meeting internal. Salah satu orang di tim kami agak marah, dan bilang "dengan bayaran 4 juta per bulan hasil konten hanya kayak buatan anak yang ga paham konten"
Karena saat itu kami di tim internal rata-rata hanya digaji UMK Malang lebih sedikit.
Dari situ kesimpulannya, Agency hanya manis di perencanaan, planning, dan laporan. Tapi soal hasil sungguh mengecewakan.
Sebenarnya masih banyak lagi contoh yang saya temui, tapi bakal terlalu panjang untuk pembahasan ini. Saya akan memberikan poin-poin model agency dark pada umumnya.
Mengapa Digital Agency Bisa Mengecewakan?
Bayangkan di dalam sebuah perusahaan Agency, sebagai contoh menghandel sosial media. Di sana pasti ada orang-orang yang bertugas masing-masing seperti:
- Membuat konten plan
- Jadwal konten
- Analisa konten
- Desainer dan editor
Pertanyaanya, 1 orang bisa memegang berapa project atau Brand? bayangkan jika di dalam sebuah agency satu desainer editor memegang 5 project yang berbeda-beda setiap bulan.
Artinya mengerjakan 5 project konten brand yang berbeda-beda setiap hari. Ada brand otomotif, ada fashion, ada kuliner, dll
Bayangkan saja, apakah orang-orang di Agency itu bisa lebih kreatif atau justru sekedar kejar tayang kontennya?
Kendala Brand Ingin Praktis dengan Harga Murah
Biasanya terjadi pada usaha-usaha kelas menengah yang modal marketingnya masih minim. Memang agak sulit merekrut digital marketer atau konten kreator profesional, terkendala permintaan gaji yang mahal, atau rate gaji di suatu daerah kecil. Kemudian mereka mencari-cari agency pihak ketiga yang mau mengelola website atau sosial media.
Kebanyakan agency di menengah di Indonesia di harga 3-10 juta rupiah per bulan untuk menghandle akun sosial media atau Ads. Bahkan ada yang menawarkan lebih murah lagi untuk memproduksi konten.
Di dalam sebuah perusahaan agency tentu juga ada banyak karyawan yang harus digaji setiap bulan, termasuk mengambil keuntungan dari bayaran. Karyawan agency juga hanya fokus menghasilkan konten atau mengelola dasborad iklan, mereka tugasnya menjalankan KPI (bikin konten atau menjalankan campaign iklan)
Tentu saja mereka tidak terlalu memikirkan hasil seperti viewsnya bagus, hasil penjualan naik, karena mereka tugasnya bukan sebagai marketing.
Bagaimana Solusinya?
1. Mencari Agency dengan Sistem Kontrak Per Bulan
Sulit menemukan mana agency yang tepat, tapi Brand jika memang perlu mengelola akun sosial media atau digital marketing dari agency pihak ketiga, bisa menerapkan sistem percobaan 1 bulan kontrak, dan dilanjutkan jika memang memuaskan.
Hindari yang menawarkan kontrak langsung 3 bulan bahkan lebih. Tentu ini tidak menguntungkan bagi brand, karena biasanya agency akan menerapkan hitungan biaya selama 3 tersebut.
2. Sistem Pembayaran DP di Awal Kontrak
Ketika baru memulai, anggap saja masa percobaan. Misalnya Agency menawarkan 5 juta per bulan, maka di awal mulai DP 2,5 Juta, dan pelunasan di akhir bulan.
Tentu hal ini sudah lebih dari fair. Dimana-mana seorang pekerja akan dibayar sebulan setelah bekerja, tapi mengapa banyak agency minta pembayaran di awal?
Kemudian jika memang hasilnya bagus, bisa selalu dibayar diawal bulan dan tetap menggunakan sistem kontrak per bulan. Dengan cara ini Agency akan berusaha menjaga kualitas agar tetap dilanjutkan kontraknya.
Umumnya kebanyakan Agency merasa tidak cocok dengan sistem seperti itu, karena akan menjadi beban tanggung jawab lebih, atau kehilangan klien di bulan depan. Akan ada tuntutan hasil views sebuah konten, atau hasil prospek dari iklan digital tidak semudah seperti apa yang mereka katakan sendiri.
0 Komentar